MENU

Selasa, 12 Juni 2018

Zhang Beiwen Raih Donasi 77 Juta Rupiah Untuk Tampil di WBC 2018

Perhelatan Kejuaraan Dunia Bulutangkis memang tak seperti turnamen biasa yang setiap pemain bisa mendaftar, karena hanya yang diundang BWF lah yang bisa mengikuti. Perbedaan lain dengan turnamen reguler, Kejuaraan Dunia juga tidak menyediakan hadiah berupa uang.  Namun tetap prestisius bagi seluruh pebulutangkis karena gelarnya.

Zhang Beiwen saat Juara India Open 2018
Jika para atlet dengan bulutangkis termasuk olahraga populer pastinya dukungan penuh termasuk dana mudah didapatkan, beda halnya dengan yang dialami tunggal putri rangking 12 dunia asal Amerika Serikat Zhang Beiwen. Selain sponsor dari aparel dan kumpulan dana pribadi dari hasil menjuarai turnamen ia tak mendapat dukungan apapun dari negaranya mengingat bulutangkis memang belum sepopuler basket disana.

Maka dari itu untuk mengikuti Kejuaraan Dunia di Nanjing tahun ini Zhang Beiwen kekurangan dana untuk biaya tinggal, tiket pesawat dan latihan. Dalam akun instagram pribadinya @beiwen0712 mengatakan ini merupakan salah satu mimpinya bisa lolos ke Kejuaraan Dunia pertamanya, namun ia membutuhkan sposnsor.

Zhang Beiwen kumpulkan donasi
Bahkan demi mewujudkan impiannya kali ini ia meminta bantuan lewat akun facebooknya dan menggalang dana untuk dirinya sendiri di situs gofundme.com dan di hari keenam ini donasi yang masuk sudah lebih dari targetnya. Dari target 5500 USD donasinya sudah capai 5810 USD dari 98 orang dari situs tersebut, yang jika dirupiahkan sekitar 77 juta rupiah.

Didalam situs donasi itu ia juga menuliskan beberapa pencaipaian gelarnya seperti ia berkarier membela Amerika Serikat mulai 2013 dan Juara US Open 2014. Pada 2017 ia merih rangking tertinggi selama kariernya yaitu 9 dunia serta terbaru ia baru saja menjuarai India Open 2018 BWF World Tour Super 500 ( setara Super Series ). Ia juga menambahkan keinginan terbesar selanjutnya yaitu Olimpiade 2020 musim panas yang kemungkinan ia juga akan kembali membutuhkan donasi lagi.

Sumber : gofundme.com

Richard Mainaky : Ricky/Debby Dampingi Owi/Butet di Asian Games 2018

Perhelatan Asian Games 2018 Jakarta Palembang tinggal kurang lebih 2 bulan lagi. Persiapan para pemain Indonesia pun terus digenjot, beberapa sudah mulai fokus untuk Asian Games seperti Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir. Bahkan demi memaksimalkan penampilan mereka melepas Kejuaraan Dunia tahun ini karena waktu yang berdekatan.

Ricky Karanda Suwardi/Debby Susanto
Ganda senior peraih Emas Olimpiade Rio de Jainero ini masih menjadi tumpuan utama untuk meraih medali emas dari sektor ganda campuran. Untuk ganda campuran kedua pelatih Richard Mainaky memilih pasangan baru Ricky Karanda Suwardi/Debby Susanto sebaga pendamping di Asian Games kali ini.

Pemilihan ini didasarkan pada kebutuhan, menurut kakak dari Rexy Mainaky ia mengatakan Ricky/Debby memang difokuskan untuk jangka pendek termasuk Asian Games, sementara Praveen/Melati, Ronald/Annisa dan Hafiz/Gloria yang akan turun di Kejuaraan Dunia 2018 diproyeksikan jangka panjang termasuk untuk Olimpiade 2020 Jepang seperti dikutip dari mediaindonesia.com.

Sebelum menghadapai Asian Games 2018 para pemain akan turun pada beberapa turnamen seperti Malaysia Open 2018, Thailand Open 2018, Indonesia Open 2018 dan Singapura Open 2018 selain untuk berburu gelar juga sebagai tolak ukur kematangan permainan dan sejauh mana kesiapan pemain menghadapi event yang lebih besar.

Tai Tzu Ying Selesaikan Pendidikan S2

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang, sama halnya bagi seorang atlet. Banyak atlet yang mengutamakan hal tersebut salah satunya yang terbaru yaitu pemain nomor satu dunia Tai Tzu Ying yang baru saja menyelesaikan kuliah S2 nya di Universitas of Taipei pada 9 Juni 2018.

Tai Tzu Ying dengan seragam wisuda dan toga
Hal ini yang menjadikan permainan dari pemain asal Taiwan ini menjadi sempurna. Selain ditunjang dengan bakat yang luar biasa ditambah kecerdasan yang tentu menambah kepintaran dalam mengolah shuttlecock didalam lapangan. Bahkan hingga kini ia memilikir rekor 10 kali tanpa kekalahan di turnamen reguler ditambah tanpa kekalahan di Uber Cup 2018.

Jika dalam lapangan bulutangkis ia mempunyai daya juang yang tinggi dalam akademisnya pun begitu. Seperti dilansir dari postingan foto instagram.com/badmintalk_com Tai Tzu Ying meraih nilai baik dan mendapat penghargaan atas performanya. Bahkan dikabarkan juga akan melanjutkan pendidikan S3 nya.

Dalam akun pribadi instagramnya @taitzu_ying ia juga memamerkan kelulusan S2 nya dengan foto berbalut baju wisuda dan tak lupa memakai toga.
Ini adalah bukti keseriusan dalam berkarier seorang Tai Tzu Ying dimana dia bisa membagi waktu untuk latihan, turnamen dan pendidikannya. Ini bisa menjadi motivasi tersendiri buat atlet-atlet lain agar bisa lebih sungguh-sungguh lagi dalam menjalani sebagai seorang atlet bulutangkis.

Senin, 11 Juni 2018

5 Ganda Indonesia Menolak, Siti/Fadia Diundang Ke WBC 2018

Salah satu gelar prestisius dalam bulutangkis yaitu menjadi seorang juara dunia. Pada tahun ini kejuaraan Dunia akan dilaksanakan di Nanjing, Tiongkok pada 30 Juli hingga 5 Agustus 2018. Pada perhelatan kali ini BWF kembali merilis nama-nama pebulutngkis tahap 2 yang diundang ke kejuaraan ini.

Logo Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2018
Hal dari kabar terbaru beberapa pemain Indonesia menolak undangan dari BWF. Ada 5 pasangan ganda dari Indonesia yang menolak yaitu finalis tahun lalu Muhammad Ahsan/Rian Agung Saputro, Hendra Setiawan/Tan Boon Heong, Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi dan dua ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir serta pasangan yang telah cerai Praveen Jordan/Debby Susanto. Sebagian besar pasangan yang menolak karena memang mereka sudah tidak berpasangan lagi beda halnya Owi/Butet yang lebih memilih fokus ke Asian Games.

Dibalik mundurnya para pemain ada kabar baik yaitu diundangnya 3 wakil merah putih lainnya. Yang pertama pemain yang menduduki rangking 1 BWF World Tour Tommy Sugiarto, lalu ganda putra finalis Australia Terbuka 2018 Wahyu Nayaka/Ade Yusuf dan ganda putri junior Siti Fadhia Silva/Agatha Imanuella.

Jika dilihat dari segi pengalaman dan prestasi tentunya Tommy dan Wahyu/Ade bakal menerima undangan tersebut. Sementara untuk Siti/Agatha yang tahun ini masih berkompetisi di kelas Junior bakal menjadi pertanyaan akankah PBSI menyetujui mereka turun di Kejuaraan Dunia 2018 kelas senior ini.

Siti Fadia Silva Ramadhanti/Agatha Imanuella
Jika dilihat prestasi tahun ini ya belum menggembirakan namun lumayan untuk pasangan junior yang turun dikelas senior. Prestasi terbaik saat menembus semifinal Finladia Terbuka saat itu capai semifinal setelah kalah dari pasangan Malaysia Yea Ching Goh/Yap Cheng Wen 21-14 21-23 21-12. Semantara di kelas junior mereka meraih hasil sebagai finalis di BTY International Junior di Bangkok setelah difinal kalah dari pasangan Malaysia juga Pearly Koong Le Tan/Ee Wei Teoh 21-13 21-10.

Selebihnya di Indonesia Masters dan Orleans Masters mereka hanya mampu sampai babak kedua. Dan di Thailand Open sampai 8 besar. Semoga saja PBSI menerima undangan untuk mereka, karena bisa menambah pengalaman juga mengukur kemampuan, selain itu juga agar tidak ketinggalan dengan pasangan muda Korea yang seangkatan dengan mereka namun sudah mampu berbicara banyak di kancah senior yaitu Baek Ha Na dan Lee Yu Rim.

Sumber : tournamentsoftware.com

Minggu, 10 Juni 2018

PBSI Didenda BWF 69 Juta Karena Tak Kirim Angga/Ricky

Persatuan bulutangkis seluruh Indonesia (PBSI) mempunyai alasan tersendiri dengan kembali memasangkan pasangan ganda putra Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi. Mantan pasangan top 10 dunia ini memang dipecah setelah gagal menunjukkan prestasi yang maksimal dan kurang konsisten. Bahkan Ricky Karanda sekarang berpindah ke sektor ganda campuran bersama Debby Susanto.

Angga Pratama & Ricky Karanda Suwardi
Alasan kembalinya berpasangan yaitu karena peraturan terbaru dari BWF pemain atau pasangan tahun lalu berada di 10 besar dunia harus mengikuti turnamen BWF World Tour Super 750 keatas selama satu tahun. Kalaupun pasangan itu tak diikutkan akan dikenakan denda yang cukup besar yaitu 5000 USD atau sekitar 69 juta rupiah. Maka dari itu Angga/Ricky akan kembali bertanding pada Malaysia Open 2018 dan Indonesia Open 2018.

Bahkan pelatih ganda putra Herry IP mengatakan, Jadi mereka selama setahun mereka harus selalu ikut. Kita juga sudah kena denda 5000 USD waktu All England karena mereka nggak ikut seperti dikutip jawapos.com dari laman resmi PBSI.

Bahkan pelatih kepala ganda putra itu baru tau aturan ini setelah PBSI terkena denda. Jadi dengan terpaksa mereka akan diikutkan dalam turnamen selama setahun ini. Padahal jika dilihat Angga Pratama sudah kembali dipasangkan dengan mantan pasangannya dulu Rian Agung Saputro.


Sabtu, 09 Juni 2018

Saina Nehwal dan Sindhu Pusarla Venkata Perang Dingin

Dua Atlet bulutangkis asal India yang merupakan jajaran pemain top dunia saat ini Sindhu Pusarla Venkata dan Saina Nehwal terlibat perang dingin. Pasalnya menurut kabar terbaru kedua pemain yang sama-sama atlet pelatnas India tersebut memutuskan untuk menjalani latihan ditempat yang berbeda.

Saina & Sindhu
Hal itu sungguh mempertegas persaingan dan ketidak akuran keduanya secara diam-diam. Pindahnya tempat berlatih yaitu merupakan kemauan dari Sindhu Pusarla karena strateginya tak ingin terbaca oleh sang rekan Saina Nehwal. Memang jika dilihat dari rekor pertemuan terakhir dalam 2 ajang bergengsi Saina lah yang berhasil jadi pemenangnya.

Seperti yang dikatakan ayah dari Shindu yaitu Ramana soal kepindahan latihan putrinya, Sindhu memang sudah tidak nyaman, karena bagaimanapun Saina merupakan saingan di lapangan. Dia perlu menyimpan rapat pola latihan dan strategi dilapangan dikutip jawapos.com dari sportstarlive.com

Dua Kekalahan dari Saina sangat membekas bagi Sindhu karena itu ajang yang penting dan terlebih lagi ia merupakan pebulutangkis terbaik india saat ini. Kekalahan menyakitkan pertama saat di final Kejuaraan Nasional India 2017 dengan pertandingan alot 21-17 27-25. Sedangkan pertemuan selanjutnya Saina kembali menggilas pada kejuaraan 4 tahun sekali Commonwealth Games 2018 di Autralia dan Saina juga menang 21-18 23-21.



Jumat, 08 Juni 2018

Jumpa Momota di Malaysia, Ini Beberapa Keunggulan Ginting

Selepas berakhirnya turnamen Thomas & Uber Cup 2018 di Bangkok, Thailand. Jadwal turnamen bulutangkis dunia berhenti sejenak dan akan kembali turun ke gelanggang para pemain Indonesia di ajang Celcom Axiata Malaysia Open 2018 yang bertajuk BWF World Tour Super 750 yang akan berlansung pada 26 Juli sampai 1 Juli mendatang di Kuala Lumpur.

Kento Momota vs Anthony Ginting pada BCA Indonesia Open 2015 ( photo : djarumbadminton.com)
Turnamen yang berhadiah total USD 700.000 ini nomor tunggal putra akan diwakili Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie dan pemain non pelatnas Tommy Sugiarto. Dilihat dari draw yang sudah keluar Jonatan dan Tommy akan ditantang pemain dari India Pranoy H.S dan Sameer Verma. Sementara Anthony Ginting akan berhadapan dengan mantan nomor 2 dunia Kento Momota.

Melihat lawan Momota, Anthony harus cukup waspada pasalnya sejak kembali dari sanksi BWF dengan larangan bermain selama 2 tahun trek menanjak dialami Kento Momota. Bahkan sudah mengantongi gelar Vietnam IC dan Badminton Asia Championship 2018 yang mendongkrak rangking nya manjadi satu strip diatas Ginting di rangking 11 dunia.

Namun Ginting tetap optimis bisa menang pasalnya pemain rangking 12 dunia ini unggula dalam beberapa hal atas Momota. Seperti tahun ini,  jika Momota baru meraih gelar di kelas International Challenge, pemain jebolan SGS Bandung ini sudah meraih gelar dikelas yang jauh lebih tinggi yaitu Indonesia Masters 2018 yang masuk kategori BWF World Tour Super 500.

Anthony Sinisuka Ginting ( photo : google.com )
Hal itu juga membuat Ginting juga lebih unggul dalam rangking World Tour yang menempatkan dia di rangking 9. Sementara Momota di rangking 59 dengan 7700 poin yang masih dibawah para pemain Indonesia lainnya seperti Jonatan, Tommy, Ihsan, Sony dan Panji Maulana. Momota meraih 7700 poin dari 2 kali capai perempatfinal di turnamen German Open dan Swiss Open 2018.

Keunggulan Ginting atas Momota yang terakhir yaitu dari head to head terakhir. Meski dari pertemuan imbang 1-1, Ginting unggul di perjumpaan terakhir pada Hongkong Open 2015 kala itu ia menang dua gim langsung 21-7 21-15 padahal saat itu Momota diunggulan di tempat ke 4. Sementara kekalahan Ginting terjadi pada Indonesia Open 2015 dengan 3 gim 13-21 21-16 21-15 yang saat itu juga Momota keluar sebagai juara.